Thursday, April 25, 2024
Eropa

Berbicara dengan Macron, Erdogan ingatkan kisah Sultan Sulaiman Al-Qanuni menolong Francis I

TURKINESIA.NET – ANKARA. Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki pada Selasa malam mengatakan bahwa Presiden Erdogan telah berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Dalam pembicaraan itu, Erdogan mengingatkan Macron bahwa Sultan Ottoman Sulaiman Al-Qanuni dan Francis I, Raja Prancis, telah berhasil mengatasi banyak masalah antara kedua negara melalui dialog. Erdogan mengungkapkan keyakinannya bahwa hubungan kerja sama antara Turki dan Prancis memiliki potensi yang sangat besar, terutama dalam memerangi terorisme dan berkontribusi memastikan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Kawasan.

Dalam sebuah pernyataan, direktorat mengatakan bahwa Erdogan menyampaikan kepada Macron bahwa dialog antara para pemimpin selalu memainkan peran penting dan kedua negara dapat mengambil langkah bersama untuk memerangi terorisme.

“Turki, Prancis dapat memberikan kontribusi signifikan bagi keamanan, stabilitas, upaya perdamaian dari Eropa hingga Kaukasus, Timur Tengah, dan Afrika,” kata Erdogan.

Turki telah berulang kali berdebat dengan Prancis mengenai kebijakan di Suriah, Libya, Mediterania timur dan masalah lainnya, tetapi bulan lalu, kedua anggota NATO ini mengatakan sedang mengerjakan peta jalan untuk menormalkan hubungan.

Pada bulan Januari, Macron mengirim surat kepada Erdogan yang menyuarakan niatnya untuk meningkatkan hubungan.

Perselisihan mencapai tingkat baru dalam beberapa bulan terakhir karena Prancis telah bergerak untuk menindak beberapa kelompok Muslim setelah terjadinya beberapa serangan di wilayahnya.

Ankara dan Paris sebelumnya bertikai setelah pejabat Prancis pada 2018 bertemu dengan para pemimpin afiliasi kelompok teroris PKK di Suriah, YPG.

Kedua negara juga berada di sisi yang berlawanan di Libya, di mana Ankara mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (GNA) melawan pemberontak Jenderal Khalifa Haftar. Prancis diyakini mendukung Haftar, tetapi secara resmi menegaskan netral dalam konflik tersebut.

Beberapa waktu lalu, Erdogan bahkan berulang kali menyarankan Macron untuk menjalani ‘pemeriksaan kejiwaan’ dan sempat mendorong warga Turki untuk memboikot produk-produk Prancis.

Pejabat Turki juga telah mengecam campur tangan Prancis dalam sengketa Mediterania Timur, mengingat negara itu tidak memiliki wilayah di wilayah tersebut.

Para analis percaya bahwa terlepas dari besarnya perbedaan antara Turki dan Prancis, kedua negara memiliki kepentingan yang sama dalam memerangi organisasi teroris di Afrika Utara dan kawasan Timur Tengah, dengan cara yang menjamin koordinasi lebih tinggi antara kedua negara di tingkat  NATO.

Sumber: Daily Sabah, TR Agency

4.4 5 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected !!
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d