Friday, March 29, 2024
rekomendasiTerpopulerTokoh

Boris Johnson, keturunan Muslim dan Menteri Ottoman terpilih jadi PM Inggris

TURKINESIA.NET – LONDON. Boris Johnson, salah satu pendukung Brexit garis keras yang baru saja terpilih menjadi Perdana Menteri Inggris baru menggantikan Theresa May yang mengundurkan diri di tengah kebuntuan akibat Brexit pada 7 Juni lalu, berasal dari keluarga Muslim Ottoman. Kakeknya merupakan Menteri Dalam Negeri Ottoman, Ali Kemal.

Dalam pemungutan suara internal di kalangan Partai Konservatif, Johnson meraih 92.153 suara dan mengungguli rivalnya, Jeremy Hunt yang saat ini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Inggris, yang meraih 46.656 suara. Dia akan diangkat sebagai perdana menteri dalam serah terima formal dari Theresa May pada 24 Juli.

Dalam pidato singkat pada 23 Juli, Johnson berjanji untuk mewujudkan Brexit, menyatukan negara dan mengalahkan oposisi Partai Buruh.

“Saya pikir kita tahu bahwa kita bisa melakukannya dan orang-orang di negara ini percaya pada kita untuk melakukannya dan kita tahu bahwa kita akan melakukannya,” katanya.

Ia menekankan bahwa Inggris harus keluar dari Uni Eropa pada batas waktu yang ditentukan yaitu tanggal 31 Oktober 2019, dengan atau tanpa kesepakatan

Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan juga memberi selamat kepada Johnson dan berharap dia sukses sebagai perdana menteri.

“Saya mengucapkan selamat kepada @BorisJohnson, yang menjadi Perdana Menteri Inggris ke-77, dan berharap dia sukses dalam posisi barunya,” ucap Erdogan melalui Twitter pada 23 Juli.

“Saya percaya hubungan Turki-Inggris akan berkembang lebih jauh di era baru ini.”

Johnson, mantan walikota London, telah merayu kalangan Konservatif dengan janji akan berhasil memimpin Inggris keluar dari Uni Eropa pada tanggal 31 Oktober yang dijadwalkan – dengan atau tanpa kesepakatan.

Beberapa menteri Konservatif termasuk Menteri Keuangan, Philip Hammond, telah mengumumkan pengundurkan diri sebagai protes atas kemenangan Johnson, menjadi pertanda adanya perpecahan di internal Partai Konservatif.

Para ekonom memperingatkan Brexit akan mengganggu perdagangan dan menjerumuskan Inggris ke dalam resesi.

Johnson akan memimpin House of Commons di mana sebagian besar anggota menentang meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan, dan di mana Partai Konservatif tidak memiliki mayoritas keseluruhan.

[adinserter name=”Block 1″]

 

Keturunan Turki era Ottoman

Kakek buyut Johson, Ali Kemal dilahirkan pada tahun 1867 dari seorang ibu dari keturunan Circassian, merupakan seorang jurnalis dan politisi Ottoman. Ayah Ali Kemal, Hadji Ahmet Rıza Efendi lahir di desa Çankırı di Kalfat, pada tahun 1813.

Kemal dianggap sebagai tokoh kontroversial di Turki.

Pekerjaan jurnalistik Kemal memungkinkannya untuk bepergian ke banyak negara. Salah satu tujuannya adalah Swiss, di sana Kemal bertemu dengan seorang gadis Anglo-Swiss, Winifred Brun, putri Frank Brun melalui pernikahannya dengan Margaret Johnson, dan keduanya menikah di Paddington, London pada tahun 1903.

Ali Kemal terjun ke dunia politik, mungkin menandakan perjalanan kariernya yang mirip dengan keturunannya. Pandangan liberal yang kuat di awal hidupnya dan sikap penentangan terhadap Sultan Abdulhamid II, membuatnya diasingkan dari Kekaisaran Ottoman oleh Sultan dan hidup di pengasingan di Eropa.

Kemal dan menghabiskan bertahun-tahun di pengasingan hingga proklamasi Era Konstitusi Kedua pada tahun 1908. Sejak saat itu, Kemal adalah penentang keras Committee of Union and Progress/İttihad ve Terakki Cemiyeti (CUP), kelompok revolusioner terkemuka.

Ketika CUP mengkonsolidasikan kekuatannya dengan mengalahkan kudeta balasan pada 31 Maret 1909, Kemal melarikan diri ke Eropa dan menghabiskan tiga tahun di pengasingan, di mana kakek Johnson, Osman Wilfred Kemal dilahirkan, sementara Winifred meninggal tak lama setelah itu.

[adinserter name=”Block 1″]

Ketika pemerintahan Sultan yang telah mengusir Kemal berakhir, Kemal kembali ke Istanbul pada tahun 1912 dan tetap menentang CUP yang berkuasa sampai Oktober 1918. Anak-anaknya, Osman Wilfred Kemal dan Selma Kemal tetap di Inggris. Selama Perang Dunia Pertama, Kekaisaran Ottoman bersekutu dengan Jerman, sehingga Osman dan Selma yang tinggal di Inggris, mengadopsi nama perempuan nenek mereka dari pihak ibu, Johnson. Selma kemudian kembali ke Turki. Sementara Osman tetap di Inggris dengan menggunakan nama Wilfred Johnson dan menikahi Irene Williams, yang melahirkan Stanley, ayah dari Boris. Stanley merupakan seorang politisi Inggris, anggota Parlemen Konservatif Eropa dari tahun 1979 hingga 1984.

Ali Kemal, pada 1919, ketika Istanbul dan berbagai bagian kekaisaran berada di bawah pendudukan oleh Kekuatan Sekutu, dirinya menjadi salah satu tokoh paling menonjol dalam kehidupan politik Ottoman, di mana Ali Kemal menjadi menteri dalam negeri Ottoman yang bertugas selama tiga bulan di bawah pemerintahan Damat Ferit Pasha. Ferit Pasha adalah seorang tokoh yang tidak disukai atas kerja sama eratnya dengan kekuatan pendudukan dan nasionalis yang dipimpin oleh Mustafa Kemal di Ankara.

Kemal adalah penentang utama Perang Kemerdekaan Turki 1919-1922 di pers Ottoman. Pada 4 November 1922, ia diculik oleh kaum nasionalis di Istanbul untuk dibawa ke Ankara untuk diadili atas tuduhan pengkhianatan, tetapi kelompok itu dicegat oleh Komandan Angkatan Darat Pertama Jenderal Nureddin Pasha di Izmit dua hari kemudian. Dicap sebagai pengkhianat terkemuka di Anatolia, Kemal dihukum mati oleh massa yang didirikan oleh Nureddin.

Adapun  Boris Johnson lahir pada tahun 1964 di New York, AS. Pria berusia 55 tahun ini menerima pendidikan di Eton College, sebuah sekolah swasta elit Inggris yang menghasilkan banyak perdana menteri Inggris, termasuk David Cameron, yang memerintahkan referendum Brexit. Johnson belajar klasik di Universitas Oxford dan terpilih sebagai presiden Serikat Oxford pada tahun 1986.

[adinserter block=”1″]

Tokoh kontroversial:

Boris Johnson pernah menuai kecaman umat Islam karena dianggap bersikap Islamofobia. Dalam sebuah artikel di harian Daily Telegraph, Johnson menyebut wanita Muslim yang mengenakan cadar terlihat seperti kotak surat berjalan dan membandingkannya dengan “para perampok bank”

“benar-benar konyol bahwa orang harus memilih untuk berkeliling terlihat seperti ‘kotak surat” tulis Johnson.

Johnson mengatakan cadar yang menutupi sepenuh wajah penuh tidak boleh dilarang, tetapi menurutnya memang tampak “konyol”.

PM Inggris saat itu, Theresa May dan para tokoh Muslim mendesak Partai Konservatif untuk memecatnya dan menuntut permohohan maaf, namun Johnson menolak.

May mengatakan pernyataan seperti itu “jelas menyinggung”.

“Ini sangat jelas bahwa bahasa yang digunakan Boris Johnson untuk menggambarkan penampilan seseorang telah menyebabkan orang tersinggung. Kata-kata itu bukan lah bahasa yang akan saya gunakan dan saya pikir dia telah keliru untuk menggunakan kata-kata tersebut.” kata May. “Saya percaya perempuan boleh memilih cara berpakaian mereka,” tambah May.

“Beberapa istilah yang digunakan Boris untuk menggambarkan penampilan orang jelas telah menyinggung perasaan,” kata May seperti dikutip dari Sky News. “Yang terpenting adalah kami percaya orang harus memiliki hak untuk mempraktekkan agama mereka, dan dalam kasus perempuan yang memakai burqa dan niqab, untuk memilih bagaimana mereka berpakaian,” lanjut May.

[adinserter block=”1″]

“Britain Trump”

Boris Johnson disebut oleh banyak pihak sebagai “Britain Trump”, selain karena kemiripan gaya rambut, juga karakter keduanya nyaris sama. Dia dikenal telah melahirkan banyak kontroversi karena mengeluarkan pernyataan rasis, seksis, dan Islamofobia dalam beberapa kesempatan.

Anggapan itu diakui sendiri oleh Donald Trump, dalam sebuah pidatonya di Washington di hadapan ratusan pendukung mudanya pada Selasa 23 Juli 2019.

Presiden AS tersebut menyambut kemenangan Johnson dan menganggap sebutan “Britain Trump” bagi Johnson adalah pujian yang baik. Trump juga telah mengisyaratkan relasi AS-Inggris di tangan keduanya akan sangat istimewa ke depan. Ia juga telah mengundang Johnson ke Gedung Putih melalui sambungan telepon pada pekan lalu.

“Kita memiliki sosok yang sangat baik, yang akan menjadi perdana menteri Inggris sekarang,” puji Trump. “Dia tangguh dan dia pintar. Mereka mengatakan, ‘Trump Inggris’. Mereka memanggilnya seperti itu, dan orang-orang mengatakan itu hal yang baik,” lanjutnya, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Rabu (24/7/2019). []

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected !!
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d