Thursday, March 28, 2024
Afrika

Diminta keluar oleh Menlu, Mufti Libya menggebu-gebu bela kehadiran pasukan Turki

TURKINESIA.NET – TRIPOLI. Mufti Besar Libya, Syekh Dr. Sadiq Al-Ghariani pada hari Kamis memuji peran positif Turki dalam membantu rakyat Libya untuk mencapai perdamaian di negara itu.

“Tidak boleh bersikap diam terhadap mereka yang menyangkal keutamaan Turki terhadap Libya.”

Pernyataan Sadiq merupakan tanggapan terhadap Menteri Luar Negeri Libya yang baru Najla Al Mangoush pekan lalu. Secara mengejutkan, dalam siaran pers bersama dengan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu, Najla meminta semua kekuatan asing di Libya untuk angkat kaki, termasuk tentara Turki. Najla dalam pidatonya beranggapan bahwa kekuatan Turki di Libya adalah kekuatan asing yang sama dengan kekuatan Rusia, Mesir, Emirat di belakang Haftar.

Al-Manqoush meminta Turki untuk bekerja sama sehubungan dengan implementasi perjanjian gencatan senjata dan hasil Konferensi Berlin, termasuk pengusiran pasukan asing dan tentara bayaran dari tanah Libya untuk mendukung kedaulatan Libya.

Sadiq mengatakan dalam sebuah pernyataan melalui video bahwa, rakyat Libya harus melawan mereka yang menolak bantuan dari sahabat yang membela Libya di hari-hari susah.

Sadiq mengimbau warga Tripoli dan wilayah Burkan Al-Ghadhab untuk membantah pernyataan tersebut dan mencelanya karena pernyataan itu bias terhadap musuh dan proyek Zionis.

Dia menambahkan, “Kita tidak boleh mentolerir mereka yang menolak dukungan negara Turki atas Libya, dan kita harus menghadapinya. Karena sikap diam inilah yang menjadi bias musuh.”

 

Tanggapan Menlu Turki

Pasukan asing dan tentara bayaran harus meninggalkan Libya, tetapi pasukan ini tak boleh disamakan dengan pasukan legal yang melatih militer Libya dalam kesepakatan dengan pemerintah yang sah, kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Kamis.

“Ada banyak pasukan asing dan tentara bayaran di Libya. Kami sepakat dengan penarikan mereka,” kata Cavusoglu pada konferensi pers bersama dengan sejawatnya dari Jerman Heiko Maas di Berlin.

Namun dia menekankan bahwa dukungan pelatihan militer Turki untuk pemerintah Libya yang sah tak dapat disamakan dengan para pasukan dan tentara bayaran ini.

Cavusoglu juga mengungkapkan bahwa mendesak Ankara untuk mengakhiri dukungannya kepada pemerintah Libya sebenarnya akan merusak pemerintah yang sah itu.

“Perjanjian antara kedua negara berdaulat melayani kebutuhan penting Libya untuk pelatihan dan konsultasi militer, dan mengakhiri dukungan ini tidak akan menguntungkan Libya,” kata Cavusoglu.

Seruan dari pihak ketiga untuk mengakhiri kesepakatan antara kedua negara bukanlah pendekatan yang tepat, tambah dia.

Perjanjian kerja sama keamanan 2019 antara Turki dan Libya bertujuan untuk membantu mengakhiri perang saudara di negara Afrika Utara itu.

Cavusoglu juga menekankan bahwa pemerintah Libya yang baru dibentuk harus didukung untuk membantu Libya mempersiapkan pemilu pada akhir tahun ini dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Libya telah melihat perkembangan positif sejak 5 Februari, ketika pihak-pihak yang bersaingan menyepakati badan eksekutif baru untuk memerintah negara itu menjelang pemilihan nasional pada Desember ini.

Rakyat Libya berharap pemerintahan baru akan mengakhiri perang saudara selama bertahun-tahun yang melanda negara itu sejak penggulingan Muammar Khaddafi pada 2011.

Sumber: Tr. Agency, Anadolu Agency

5 4 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected !!
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d