Presiden Recep Tayyip Erdoğan pada Minggu (26/08) mengatakan bahwa serangan terhadap dirinya sebenarnya bukan mengenai dia, tetapi bertujuan menargetkan Turki.
“Jangan lupa, Anatolia adalah tembok dan jika tembok ini runtuh, tidak akan ada lagi Timur Tengah, Afrika, Asia Tengah, Balkan atau Kaukasus,” kata Erdogan di provinsi tenggara Muş. Erdogan memperingatkan bahwa peristiwa semacam itu akan menyebabkan runtuhnya daerah lainnya di sekitarnya.
“Jika kita menunjukkan sedikit tanda kelemahan, kalian akan melihat mereka akan mendatangi kita seperti gagak bangkai (gagak berkerudung). Beberapa orang yang tidak waspada di antara kita menganggap ini adalah masalah menyangkut saya. Tidak, masalah mereka adalah Turki. Masalahnya adalah Islam,” katanya.
“Masalahnya bukan AKP [Partai Keadilan dan Pembangunan], masalahnya adalah Turki; Islamlah yang melambangkan nama bangsa kita. Mereka yang kenal Barat, tahu bahwa menjadi seorang Turki berarti menjadi seorang Muslim. Turki berarti semua harapan umat Islam. Kami merupakan satu-satunya negara dan bangsa yang memiliki kontak langsung dengan Barat tetapi masih dapat melindungi identitas dan kebebasannya. Inilah sebabnya mengapa masyarakat yang tertindas sangat peduli tentang Turki sehingga mereka memiliki tempat bagi kita di dalam hati dan doa mereka,” kata Erdogan juga.
“Seperti yang Anda tahu, di atas segalanya, kita akan menjadi ‘satu.’ Kita akan menjadi besar, hidup dan bersaudara. Semua bersama bahwa kita akan menjadi Turki, dan jangan lupakan ini: Satu bangsa, satu bendera, satu tanah air dan satu negara. Mereka tidak akan dapat memisahkan kita, menghancurkan kita, dan jika kita ‘satu,’ besar dan hidup, dengan pertolongan Allah, kita akan berjalan menuju [tujuan] 2023, 2053 dan 2071 dengan cara yang sangat berbeda,” Kata Erdogan pada 26 Agustus.
Upacara berlangsung di tempat terjadinya pertempuran bersejarah di distrik Manzikert. Ketua Parlemen Binali Yıldırım dan Ketua Partai Gerakan Nasionalis (MHP) Devlet Bahçeli turut berpartisipasi. [HDN]
