Friday, April 19, 2024
Eropa

Intelijen Prancis interogasi siswa Turki karena bantah “Peristiwa 1915 Armenia” di kelas sejarah

TURKINESIA.NET – PARIS. Petugas intelijen Prancis menginterogasi seorang siswa sekolah menengah Turki-Prancis tentang radikalisme dan identitas Muslimnya setelah siswa tersebut membantah tuduhan seputar peristiwa 1915 Armenia di sebuah kelas di Prancis timur.

Siswa bernama Altay, membantah pernyataan gurunya tentang apa yang disebut genosida Armenia selama pelajaran sejarah di wilayah Bourgogne-Franche-Comte pada 2 Juni, lapor Anadolu Agency (AA), Rabu. Administrasi sekolah awalnya mengancamnya dengan hukuman penjara, kata laporan itu.

Altay mengatakan kepada AA bahwa, dari dua jam kelas sejarah, gurunya menghabiskan satu jam untuk mengklaim bahwa Turki membunuh orang-orang Armenia dan warga sipil.

“Saya tidak bisa menahan diri dan dengan tenang bertanya: ‘Apakah ada bukti?'” Kata Altay. Ini membuat marah guru yang mengatakan bahwa siswa tidak dapat membantahnya.

Administrasi sekolah menelepon ayah Altay untuk pertemuan pada 4 Juni dan mengatakan bahwa dia dituduh menolak “genosida Armenia” dan dia bisa menghadapi hukuman satu tahun penjara.

Tetapi setelah beberapa penelitian, keluarga menemukan bahwa penolakan terhadap apa yang disebut genosida Armenia tidak dapat dikriminalisasi.

Pada tanggal 9 Juni, unit intelijen memanggil Altay untuk diinterogasi atas penolakannya terhadap tuduhan “genosida”, tetapi dia malah ditanyai tentang radikalisme dan identitas Muslimnya. Meskipun petugas intelijen sopan dan mengatakan kepadanya bahwa dia tidak melakukan kejahatan, mereka menanyainya tentang keluarganya, memperoleh kata sandi ke akun media sosialnya dan mengajukan pertanyaan tentang agama, kata Altay.

Siswa sekolah menengah itu mengatakan bahwa insiden itu telah meninggalkan bekas luka psikologis, karena ia tidak dapat berkonsentrasi pada kelasnya dan telah melalui periode kecemasan.

“Saya tidak ingin berbicara atau mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan selama kelas dan saya ragu untuk pergi ke sekolah karena semua orang tahu apa yang terjadi,” kata Altay.

Sementara itu, ayahnya mengatakan bahwa administrasi sekolah membesar-besarkan kejadian itu dan mengatakan kepadanya bahwa putranya mendapat masalah serius dan bisa dipenjara.

Tetapi sang ayah memberi tahu kepala sekolah bahwa ada kebebasan berekspresi di Prancis dan bahwa sekolah tidak dapat membatasi kebebasannya. Dia juga mengatakan, jika putranya melakukan kejahatan, maka sekolah harus menangguhkannya, tetapi kepala sekolah mengatakan mereka tidak bisa.

Pada 2017, Dewan Konstitusi Prancis memutuskan bahwa kriminalisasi penolakan “genosida” Armenia adalah “serangan yang tidak perlu dan tidak proporsional terhadap kebebasan berbicara.”

Posisi Turki pada peristiwa 1915 adalah bahwa kematian orang-orang Armenia di Anatolia timur terjadi ketika beberapa pihak berpihak pada invasi Rusia dan memberontak melawan pasukan Ottoman. Relokasi warga Armenia mengakibatkan banyak korban, ditambah dengan pembantaian dari militer dan kelompok-kelompok milisi dari kedua belah pihak.

Turki keberatan dengan penyajian insiden itu sebagai “genosida,” tetapi menggambarkan peristiwa 1915 sebagai tragedi di mana kedua belah pihak menderita korban.

Ankara telah berulang kali mengusulkan pembentukan komisi bersama sejarawan dari Turki dan Armenia ditambah pakar internasional untuk mengatasi masalah ini.

Sumber: Daily Sabah

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Ibang
2 years ago

Hal ini menunjukan kelemahan Prancis di depan para lobi Armenia.

error: Content is protected !!
1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d