Thursday, March 28, 2024
Turki

Istanbul & Ankara beresiko terkena serpihan roket China yang jatuh tak terkendali ke bumi besok

TURKINESIA.NET – ANKARA. Laporan media Turki menunjukkan bahwa potongan puing-puing dari roket Long March 5B milik China yang jatuh dapat menghantam Istanbul dan ibu kota Ankara.

Bagian terbesar dari roket yang meluncurkan modul utama stasiun luar angkasa permanen pertama China ke orbit diperkirakan akan terjun kembali ke Bumi pada hari Sabtu di lokasi yang tidak diketahui.

Dengan berat 18 ton, roket itu adalah salah satu benda terbesar yang akan meluncur ke atmosfir. Roket Long March 5B diluncurkan pada akhir April untuk membawa modul pertama stasiun luar angkasa masa depan China ke orbit. Badan roket saat ini sedang mengitari Bumi, dan memasuki atmosfer yang lebih rendah.

Pakar puing ruang angkasa mengatakan kemungkinan puing jatuh Sabtu atau Minggu. Namun prediksi seperti itu selalu tak pasti.

Outlet media melaporkan bahwa roket yang melaju dengan kecepatan 27.000 kilometer per jam (16.770 mil per jam), kemungkinan akan menghantam tempat antara 41 paralel utara dan 41 paralel selatan, sebuah wilayah yang mencakup Turki bersama dengan wilayah metropolitan utama mulai dari New York, Beijing hingga ke Madrid. Namun, kemungkinan pendaratan roket di daerah berpenghuni sangat kecil menurut para ahli.

Biasanya, tahapan roket yang dibuang masuk kembali ke atmosfer segera setelah lepas landas, biasanya di atas air, dan tidak masuk ke orbit. Badan antariksa China belum mengatakan apakah tahap utama roket Long March 5B sedang dikendalikan atau apakah akan melakukan pendaratan di luar kendali. Mei lalu, roket China lainnya jatuh tak terkendali ke Samudra Atlantik di lepas pantai barat Afrika.

Pakar astrofisika Universitas Harvard, Jonathan McDowell mengatakan ada peluang roket itu akan jatuh di daratan seperti yang terjadi pada bulan Mei tahun lalu, saat puing-puing roket China lain, Long March 5B menghujani Pantai Gading dan merusak beberapa gedung.

Ia mengatakan sebagian puing berbahaya bisa terhindar dari kebakaran setelah melalui atmosfir dengan kecepatan super tinggi dan kemungkinan besar puing-puing jatuh ke laut, karena 70% dunia terdiri dari lautan.

Berdasarkan orbit saat ini, puing roket kemungkinan jatuh di belahan bumi utara dengan kisaran dari New York, Madrid atau Beijing dan kisaran selatan seperti Chile, Wellington di Selandia Baru atau di antara kawasan itu, kata McDowell kepada kantor berita Reuters.

Profesor Sinan Kaan Yerli, Wakil Ketua Masyarakat Astronomi Turki, Berbicara kepada penyiar publik TRT Haber pada hari Kamis,  mengatakan bahwa potongan roket akan semakin pecah karena gesekan saat masuk kembali dan hanya potongan kecil yang kemungkinan besar akan jatuh di bumi.

“Tidak akan ada barang seukuran mobil atau lebih besar. Kemungkinan benda sebesar itu jatuh pada seseorang adalah satu dari satu triliun dalam hal apapun. Di dunia di mana  air menyumbang 70% dari permukaan bumi, kemungkinan roket menghantam daratan sangatlah kecil. Tentu ini hanya prediksi,” ujarnya.

Meski begitu, deretan lampu misterius yang terlihat di langit Turki pada Kamis malam sudah cukup untuk membuat media sosial panik. Cahaya tersebut kemudian diketahui sebagai panel Starlink, konstelasi Internet satelit terbang rendah yang dibuat oleh SpaceX pengusaha terkenal Elon Musk, untuk menyediakan akses internet satelit. Penampakan serupa juga terjadi di Turki pada tahun 2020.

Ini adalah kedua kalinya Turki berada di bawah ancaman benda milik China yang jatuh dari langit. Pada 2018, Turki masuk daftar di antara negara-negara yang mungkin terkena Tiangong-1, stasiun luar angkasa pertama China, setelah menyelesaikan layanannya. Namun, akhirnya jatuh ke Samudra Pasifik bagian selatan.

Media pemerintah China selama beberapa hari terakhir berupaya meredam kekhawatiran dengan menyebut roket itu mungkin jatuh di daratan yang tak berpenghuni.

The Global Times mengutip pakar kedirgantaraan, Song Zhongping, yang mengatakan bahwa jaringan pemantau luar angkasa China akan terus mencermati dan mengambil tindakan yang diperlukan jika kerusakan terjadi akibat jatuhnya puing-puing.

Sejak 1990, tidak ada benda buatan manusia seberat lebih dari 10 ton yang sengaja dibiarkan di orbit untuk jatuh kembali ke Bumi tanpa kendali.

Sumber: Daily Sabah, BBC Indonesia

4.3 3 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected !!
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d