Saturday, September 23, 2023
Indonesia-Turki

Kampung Turki di Banda Aceh, bukti hubungan diplomatik Aceh-Ottoman

Kampung Turki di Banda Aceh
Kampung Turki di Banda Aceh

TURKINESIA.NET – BANDA ACEH. Kampung Turki di Banda Aceh menjadi tempat menyenangkan bagi Anda yang suka wisata sejarah. Di tempat ini, Anda bisa melihat langsung bukti hubungan Aceh-Ottoman yang sudah menjalin kerjasama sejak lama. Aceh yang kentara dengan nuansa islami memiliki hubungan bilateral dengan Turki sejak abad ke-15.

Persekutuan Kerajaan Aceh Darussalam dan Kerajaan Turki dimulai ketika Kerajaan Aceh berperang melawan Portugis yang ingin menguasai perdagangan di Sumatera. Kesultanan Utsmaniyah (Turki) mendukung Kerajaan Aceh dengan mengirimkan sejumlah prajurit, pembuat senjata, dan insinyur serta pasokan senjata dan amunisi yang melimpah.

Lebih dari itu, orang-orang dari Kesultanan Utsmaniyah mengajari prajurit Aceh cara membuat meriam, yang pada akhirnya banyak diproduksi dan membantu Kerajaan Aceh Darussalam mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-17 di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.

Anda bisa menemukan jejak Turki di Aceh di Gampong (Desa) Bitai, sebuah desa berdekatan dengan tepi laut Kota Banda Aceh yang dikenal sebagai desa peninggalan Turki. Terdapat makam Teungku Di Bitay dan Makam Sultan Salahuddin di desa ini. Tengku Di Bitay merupakan seorang ulama yang dikirimkan Kerajaan Utsmaniyah ke Aceh yang kemudian menjadi teman dekat Sultan Salahuddin, Sultan Kerajaan Aceh pada abad ke-15.

Malahayati, laksamana pasukan janda Aceh didikan Turki Utsmani

Cara Pergi ke Kampung Bitai

Gampong Bitai berada di Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh. Desa ini berjarak sekitar empat kilometer atau sekitar 10 menit berkendara dari Masjid Raya Baiturrahman. Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi ataupun layanan transportasi online seperti Go-Jek dan Grab untuk mencapai lokasi tersebut.

Gampong Bitai pada dasarnya memiliki suasana seperti kebanyakan desa di Banda Aceh. Namun, ditengah-tengah desa ini, terdapat Kompleks Makam Tengku Di Bitay. Kompleks makam ini cukup bersih dan indah dengan taman dan bunga-bunga mengelilinginya.

Di sini terdapat puluhan makam prajurit Kesultanan Utsmani yang meninggal di Aceh pada abad ke-16. Di dalam kompleks makam, ada juga masjid serta satu bangunan yang berisi miniatur kapal serta informasi sejarah hubungan Turki dan Aceh.

Bukti Hubungan Diplomatis

Kompleks Makam Teungku Di Bitay merupakan salah satu bukti adanya hubungan diplomatis antara Kerajaan Aceh Darussalam dengan Kesultanan Utsmani. Hubungan erat yang dimiliki Kerajaan Aceh dan Turki tidak terlepas dari ajaran Islam yang dianut oleh dua kerajaan ini. Karena itu, hubungan dua kerajaan ini tidak hanya sebatas pada perdagangan rempah dan militer, tapi juga penguatan dan penyebaran agama Islam.

Berdasarkan catatan sejarah, Tengku Di Bitay memiliki nama asli Muthalib Ghazi bin Mustafa Ghazi. Ia bersama tentara Kesultanan Utsmani lainnya datang ke Aceh untuk membantu Kerajaan Aceh Darussalam menahan serangan Portugis serta memperluas ajaran Islam.

Sultan Salahuddin diceritakan berteman dengan Muthalib Ghazi bin Mustafa Ghazi yang diutus oleh Sultan Selim dari Kesultanan Utsmani. Karena itu, pada saat Sultan Salahuddin mangkat, Muthalib Ghazi bin Mustafa Ghazi memberikan wasiat agar dimakamkan berdekatan dengan makam Sultan Salahuddin.

Setelah masa Sultan Salahuddin, Kerajaan Aceh Darussalam masih menjalin hubungan dengan Kesultanan Utsmani, seperti di masa Sultan Alauddin Ibn Ali Malik az Zahir atau lebih dikenal dengan Sultan Alauddin Riayat Syah al-Qahar memerintah Kerajaan Aceh.

Kisah meriam Lada Sicupak, hadiah Turki untuk Aceh

Makam Tengku Dibitai Pascatsunami

Pada saat bencana gempa bumi dan tsunami meluluhlantakkan Provinsi Aceh pada 26 Desember 2004 silam, Gampong Bitai termasuk yang rusak parah. Akibat bencana tersebut, penduduk Gampong Bitai banyak yang meninggal dunia, dari sebelumnya berjumlah 1,580 jiwa menjadi 421 jiwa pada tahun 2005.

Pasca bencana tsunami 2004, Gampong Bitai kembali berbenah berkat bantuan dari organisasi Bulan Sabit Merah Turki. Organisasi kemanusiaan itu membantu membangun rumah-rumah penduduk yang hancur dirusak gelombang tsunami.

Saat ini, kompleks makam Tengku Di Bitai banyak dikunjungi orang dari berbagai negara seperti Malaysia, Jepang, Meksiko, negara-negara Afrika, dan lainnya. Gampong Bitai juga berada tidak terlalu jauh dengan Museum Tsunami Aceh dan situs Kapal PLTD Apung.

 

Pemkot dukung pemugaran

Pada Agustus 2019, Pemerintah Kota Banda Aceh menyampaikan sudah berdialog dengan Bulan Sabit Merah Turki untuk merenovasi kembali komplek makam ini.

Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengaku akan mendukung penuh pemugaran komplek makam ini agar dapat menjadi destinasi sejarah di Aceh.

“Kami mengharapkan ada pertemuan lanjutan dengan Bulan Sabit Merah Turki,” ujar Aminullah kepada Anadolu Agency kala itu.

Aminullah menegaskan Pemerintah Kota Banda Aceh siap merawat, dan mengelola melestarikan komplek makam karena situs ini merupakan warisan sejarah yang harus dihargai. “Karena di situlah berada makam para ulama besar,” kata dia.

Sumber: RRI, 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

3 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] di Arabic Post, Jumat (7/5), Freemason juga berkontribusi pada pemecatan sultan Ottoman. Tak hanya itu, organisasi ini juga memiliki anggota-anggota yang merupakan tokoh dunia. Misalnya, […]

trackback

[…] seluruh Eropa berbalik melawan Prancis karena revolusi, Kekaisaran Ottoman tidak ikut campur. Kekaisaran mempertahankan hubungan persahabatan dengan […]

trackback

[…] Kompleks makam kuno peninggalan Turki ini terletak berdampingan dengan kompleks makam Teungku di Bitai. Lokasinya, di tengah-tengah perkampungan di Desa Bitai Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, […]

error: Content is protected !!
3
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d bloggers like this: