TURKINESIA.NET – Ankara telah menerapkan diplomasi multidimensional dengan mempertahankan hubungan yang sama kuat dengan beberapa mitra untuk mencegah menjadi terlalu bergantung pada satu kekuatan, sambil memastikan keseimbangan dari sekutu yang sementara menjadi sumber ketidakstabilan.
Bukti di balik pendekatan multidimensi ini adalah pemulihan hubungan baru antara Turki dan Uni Eropa dan hubungan komersial dan diplomatik yang berkembang dengan Rusia dan Cina pada saat hubungan dengan AS berada di titik nadir sejarah. Pejabat Turki telah berulang kali menekankan fakta bahwa hubungan dengan negara lain tidak dilihat sebagai alternatif satu sama lain dan diplomasi Turki didasarkan pada keuntungan bersama.
Menteri Luar Negeri Mevlüt Çavuşoğlu, berbicara di Lithuania pada hari Selasa 928/08/2018), mengatakan hubungan Turki dengan Rusia bukan merupakan alternatif untuk hubungannya dengan Uni Eropa atau Amerika Serikat.
Berbicara pada konferensi pers bersama dengan mitranya dari Lithuania, Linas Linkevicius di Vilnius, Çavuşoğlu juga menyinggung hubungan Turki-AS yang saat ini tegang, dengan menggarisbawahi pentingnya dialog antara kedua negara.
“Turki bukan sebuah negara di bawah (kekuasaan) AS, Turki adalah negara merdeka. Kami tidak harus menyetujui setiap keputusan atau tindakan satu negara terhadap negara lain, terutama ketika itu tidak adil dan tidak bijak,” katanya, mengacu pada sanksi AS terhadap Iran.
Murat Aslan, seorang akademisi dari Universitas Hasan Kalyoncu, mengatakan kepada Daily Sabah bahwa dalam empat sampai lima tahun terakhir, kebijakan luar negeri Turki telah melaksanakan kepentingannya sendiri terlepas dari sekutu tunggal.
“Turki ingin mengambil langkah-langkah yang sejalan dengan kepentingannya. Turki memilih untuk melanjutkan kerjasama dengan mitra jika menghormati kepentingan satu sama lain,” kata Aslan. Dia menambahkan bahwa sejalan dengan kepentingannya, Turki terus bekerja sama dengan AS terkait kesepakatan Manbij meskipun memiliki beberapa masalah di bidang lain. [Daily Sabah]
