Tuesday, April 16, 2024
Timur Tengah

Laporan Bloomberg: Arab Saudi tetap beli drone Turki meski ada perselisihan politik

TURKINESIA.NET – WASHINGTON. Riyadh mengesampingkan perselisihan politik dengan Ankara ketika memutuskan untuk membeli drone tempur Turki yang dipuji secara global, menurut laporan Bloomberg yang berbasis di AS.

“Politik telah dikesampingkan untuk kesepakatan lain: Saingan Timur Tengah Arab Saudi dilaporkan telah membeli drone Turki, yang lebih murah daripada (drone) pesaing utama mereka,” lanjut laporan Bloomberg.

Pada bulan Maret, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan bahwa Arab Saudi telah meminta untuk membeli drone tempur buatan Turki, bahkan ketika Riyadh mengambil bagian dalam latihan militer di Yunani yang berselisih dengan Ankara mengenai sengketa di Mediterania Timur.

“Arab Saudi sedang melakukan latihan bersama dengan Yunani, namun pada saat yang sama meminta kami untuk menjual drone bersenjata. Harapan kami adalah menyelesaikan masalah ini dengan tenang, tanpa memanas,” kata Erdogan.

Dalam laporan yang sama, Bloomberg mengutip pernyataan Raluca Csernatoni, seorang sarjana tamu di Carnegie Eropa yang mengatakan bahwa Turki dengan cepat menjadi pemimpin pasar dan kekuatan yang muncul dalam teknologi drone yang mematikan.

Ini adalah bagian dari upaya yang lebih luas dan berkelanjutan untuk mengembangkan industri pertahanan yang mandiri dan ambisi Presiden Erdogan untuk mengurangi ketergantungan Turki pada sistem senjata asing.

Strategi drone Turki telah menuai pujian di seluruh dunia, mendorong banyak negara untuk menilai kembali strategi pertahanan mereka mengingat keberhasilan Ankara baru-baru ini dalam mengubah keseimbangan di medan perang di Libya, Suriah, dan Nagorno-Karabakh.

UAV bersenjata Bayraktar TB2 dikembangkan dan diproduksi oleh perusahaan pertahanan Turki Baykar Technologies.

Drone ini telah digunakan oleh Angkatan Bersenjata Turki dan Direktorat Keamanan Turki sejak 2015, yang paling baru dikreditkan atas keberhasilan militer Azerbaijan dalam konflik Karabakh.

Belum lama ini, dokumen pertahanan Inggis menyebut bahwa mereka akan fokus pada pengembangan drone. Seluruh armada pesawat pada saatnya akan digantikan perannya oleh drone yang lebih umum, seperti diberitakan The Sunday Times.

Seorang pejabat yang juga dikutip oleh laporan tersebut mengatakan: “Banyak hal berubah dalam program jangka panjang ini. Kemampuan yang berbeda datang dan yang membuat hal-hal yang belum Anda beli menjadi usang atau mungkin Anda membutuhkannya lebih sedikit karena ancaman pun berubah.”

Sebagaimana dilansir Guardian, Inggris bermaksud mengalokasikan sebagian dari anggaran pertahanan untuk 5 tahun ke depan untuk mengembangkan drone, setelah terpengaruh oleh pengalaman Turki.

Inggris sebelumnya mengungkapkan rencananya untuk memulai program drone bersenjata baru setelah mempelajari keberhasilan drone Bayraktar TB2 Turki dalam konflik Nagorno-Karabakh, lapor surat kabar Guardian pada bulan Desember tahun lalu, mengutip pejabat Kementerian Pertahanan.

Laporan tersebut menyinggung keterjangkauan drone Bayraktar TB2, mengatakan bahwa masing-masing dari drone berharga antara 1 juta USD hingga 2 juta USD sementara drone lain yang sebelumnya dibeli oleh militer Inggris masing-masing berharga sekitar 20 juta USD.

Menteri pertahanan Inggris, Ben Wallace, sebelumnya juga memuji drone Bayraktar.

“Akar drone ini lahir dari inovasi Turki,” kata Wallace dalam webinar yang diselenggarakan oleh Royal United Services Institute for Defense and Security Studies (RUSI), sebuah wadah pemikir keamanan Inggris.

“Drone ini lahir dari inovasi Turki. (Awalnya) Turki dilarang mendapat akses ke program asing yang sangat bagus, mereka (Turki) lalu melakukan apa yang dulu kami (Inggris) lakukan dengan sangat baik – mereka berinovasi,” kaat Wallace.

Wallace menambahkan Bayraktar TB2 memiliki kemampuan yang mampu menghadirkan tantangan yang nyata bagi musuh. “TB2 dan senjata yang menyertainya menggabungkan kemampuan teknis dengan keterjangkauan. Itu berarti komandan mereka (Turki) dapat mengesampingkan kekurangannya namun tetap menghadirkan tantangan nyata bagi musuh,” kata Wallace.

Dia menambahkan, pihak Barat cenderung membagi konflik menjadi dua jenis yakni pertempuran, yang berarti saling jual-beli tembakan, dan ketegangan sebelum pertempuran benar-benar terjadi.

“Padahal sebenarnya konflik hari ini biasanya dilakukan melalui aktivitas tanpa adanya kekerasan tetapi tidak diragukan lagi, aktivitasnya saling bermusuhan,” jelasnya Wallace.

Dia mengakui bahwa pembagian konflik menjadi dua jenis merupakan pendekatan yang biasa pihak Barat lakukan. “Ini membuat kami sangat rentan terhadap mereka yang tidak bermain dengan aturan yang sama, terutama pada tahap ketegangan sebelum pertempuran benar-benar terjadi,” sambung Wallace.

Wallace juga menekankan bahwa langkah yang dibuat oleh musuh Inggris berada pada domain baru dan domain mereka tidak terjadi secara kebetulan.

“Mereka adalah hasil dari pendekatan yang dipelajari terhadap kekuatan dan kelemahan kami. Mereka cair, kami statis,” tambah Wallace. “Mereka menggunakan kesiapan, inovasi, dan kehadiran, sementara kami tetap sepenuhnya dapat diprediksi dalam proses dan postur kami,” imbuhnya.

Sumber: Yeni Safak, Turkinesia

5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected !!
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d