
TURKINESIA.NET – EDITORIAL. Menarik melihat fitnah Saudinesia ketika media yang dikelola oleh TKI bernama Adi Tiar Winarto itu lebih fokus membahas Turki dan Erdogan ketimbang membahas kebijakan Saudi atau nasib Saudi yang sedang kewalahan menghadapi rudal teroris Syiah Houti.
*****
Erdogan berasal dari sebuah keluarga miskin yang taat agama, tumbuh di lingkungan Kasimpasha yang terkenal keras di Istanbul, ia kemudian masuk Madrasah Imam Hatip, sebuah sekolah agama yang mencetak kader Imam dan Khatib, ia membiayai kuliahnya dengan berjualan roti Simit di jalanan kota Istanbul. Ia kemudian menjadi sarjana ekonomi, bergabung bersama gerakan Milli Gorus dan Partai Refah yang dipimpin oleh Prof. Dr. Necmettin Erbakan, ia menjadi anak emas Erbakan.
Erdogan kemudian sempat masuk penjara hanya karena membaca sebuah puisi yang dianggap membahayakan nilai sekulerisme. Guru Erdogan, Erbakan, dikudeta, partainya dibubarkan.
Iklim politik Turki itu keras, sekulerisme dikawal langsung oleh militer. Salah langkah sedikit saja yang dianggap oleh militer bisa mengikis nilai sekuler, langsung dikudeta. Sejak pembentukan negara Turki modern pada tahun 1923, Angkatan Bersenjata Turki (TSK) telah melakukan kudeta empat kali —pada tahun 1960, 1971, dan 1980— dan intervensi melalui memorandum militer pada tahun 1997 (kudeta post-modern).
Belajar dari pengalaman buruk tersebut, Erdogan kemudian mulai bermain halus, memuji Attaturk dan sekuler, namun dalam pelaksanaan kebijakannya memihak Islamis, mengikis nilai-nilai sekuler, membangun banyak masjid dan madrasah, memperbolehkannya hijab di berbagai institusi negara, mengembalikan fungsi Aya Sofia sebagai masjid, selain itu Bandara Ataturk lama juga pindah ke Bandara yang lebih besar dan nama berubah menjadi hanya Istanbul Grand Airport. Dan perkembangan terbaru: Sumpah pelajar kepada Kemal Ataturk dan Nasionalisme dihapus dari sekolah. Itu adalah sebagian dari langkah-langkah cerdas Erdogan menghapus pengaruh sekuler dan nama besar Attaturk.
Perjuangan Erdogan bersama AKP dalam mencabut larangan jilbab di Turki
Erdogan yang berasal dari kalangan warga sipil biasa, dengan kecerdasannya berjuang melawan sebuah kekuatan besar, dari kalangan militer bersenjata dan kelompok sekuler yang telah berkuasa hampir satu abad lamanya sejak keruntuhan Turki Utsmani. Tentu tidak segampang kehidupan Pangeran Muhammad bin Salman atau Muhammad bin Zayed yang tumbuh besar dalam kehidupan mewah di istana kerajaan, semuanya tersedia, yang hanya mewarisi kerajaan dan segala isinya, tidak ada yang mampu menggoyang kekuasaanya, tidak ada oposisi.
Erdogan hanya terpilih dengan 52% suara. Tidak semua pemilih Erdogan dari kalangan Islamis. Banyak juga dari kalangan sekuler pemuja Kemal Attaturk, namun mereka lebih memilih Erdogan daripada kandidat dari CHP yang sekuler, karena melihat kinerja dan keberhasilan Erdogan memimpin sejak menjadi Walikota Istanbul.
Jika kita ingin objektif menilai Erdogan, apakah seorang Islamis atau sekuler, lihatlah pada sejauh mana kebijakan yang menguntungkan Islam di Turki dan juga bagi luar Turki. Kaum Islamis di Turki, meski tidak semua, namun sebagian besar berdiri bersama Erdogan, karena memang kebijakannya dianggap membawa angin segar bagi umat Islam di Turki. Sikap ini jelas terlihat saat terjadinya upaya kudeta di Turki tahun 2016 di mana rakyat bahu-membahu membela pemerintahan Erdogan melawan sekelompok militer yang berusaha menjatuhkan pemerintah.
Baca juga:
Lama berkuasa, kenapa Erdogan tidak melarang maksiat dan menghapus sekulerisme?
Hanya di Turki Islam berubah menjadi lebih baik kondisinya kebalikan nya di negeri 62 Islam di kucilkan oleh mereka sendiri dengan provokasi dari luar islamieten
[…] Mustafa Kemal Ataturk jadi tokoh yang paling berpengaruh di Turki setelah runtuhnya imperium Ottoman. Dia dianggap sebagai Bapak Bangsa Turki. Maka dari itu dia menyandang nama Ataturk. […]