Thursday, April 25, 2024
Tokoh

Merve Kavakci, Dubes Turki untuk Malaysia, perjuangan panjangnya membela hijab berbuah manis

TURKINESIA.NET – TOKOH. Merve Safa Kavakcı (lahir 19 Agustus 1968, Ankara)  adalah seorang hafidzah Al-Qur’an. Merve mengikuti pendidikan di Kedokteran Universitas Ankara namun tidak diizinkan untuk melanjutkan karena larangan jilbab (1988). Dia menerima gelar BS dalam Rekayasa Perangkat Lunak dari University of Texas di Dallas (1993), master dari Universitas Harvard (2003) dan gelar PhD dalam ilmu politik dari Howard University (2007). Ia adalah profesor di Universitas George Washington dan Universitas Howard di Washington DC. Dia adalah ibu dari dua anak, Fatima Abushanab dan Mariam Kavakci.

Merve kembali ke Turki untuk berpartisipasi dalam politik dan terpilih sebagai anggota parlemen mewakili Istanbul pada bulan April 1999 dari Partai Fazilet, sebuah partai politik konservatif.

Pada tanggal 2 Mei 1999, mengenakan jilbab, Merve memasuki Majelis Agung Nasional Turki untuk pengambilan sumpah jabatan sebagai anggota Parlemen Turki.

Merve dicegat oleh para deputi Partai Kiri Demokratik (DSP). Mereka meneriakkan “keluar” serta mencegahnya untuk mengambil sumpah. Kemudian Perdana Menteri dan ketua DSP, Bulent Ecevit, menyampaikan pidato di mana dia berkata, “Di sini [Parlemen] bukanlah tempat untuk menantang negara. Tolong bawa wanita ini ke jalur.”

Merve kemudian dikeluarkan dari parlemen dan akhirnya kewarganegaraannya pun dicabut. Dia kemudian pergi ke AS dan mendapatkan kewarganegaraan AS pada tahun yang sama.

Wanita berjilbab dan berhijab sudah lama dipandang sebagai ancaman bagi negara Turki yang sekuler. Meskipun Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Republik Turki modern ingin menjauhkan Islam dan pengaruhnya dari urusan negara, dia tidak pernah melarang jilbab.

Perjuangan Erdogan bersama AKP dalam mencabut larangan jilbab di Turki

Larangan hijab pertama kali diberlakukan di institusi publik setelah kudeta militer pada tahun 1980. Namun, seiring dengan semakin populernya gerakan dan partai Islam, larangan tersebut diperkuat. Selain institusi publik, Muslimah berjilbab dilarang memasuki universitas. Larangan itu terus berlanjut meskipun ada protes besar-besaran di seluruh Turki.

Pada 28 Februari 1997, tentara Turki memaksa anggota dari pemerintah yang dipilih secara demokratis untuk mengundurkan diri, dalam apa yang disebut “kudeta pasca-modern”. Alih-alih menggunakan kekerasan langsung, militer menekan pemerintah untuk mundur. Militer mengancam penggunaan kekuatan, menggunakan propaganda melalui media dan menyokong partai-partai oposisi sekuler hingga Perdana Menteri Necmettin Erbakan mengundurkan diri pada 18 Juni 1997.

Meskipun ada tekanan terus menerus pada politisi Islamis, Merve Kavakci terpilih menjadi anggota Parlemen dua tahun kemudian. Saat itu, ia baru berusia 31 tahun. Partai politik tempat Merve menjadi anggotanya adalah penerus Partai Refah Erbakan yang telah dilarang.

Partai yang didirikan pada 1997 itu pernah menjadi oposan terbesar. Sebab, meraup 24 persen suara saat pemilu kota pada 1999 serta hampir 15,5 persen saat pemilu nasional. Fazilet dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi pada Juni 2001, melarang lima anggota parlemen termasuk Merve mencalonkan diri untuk masa jabatan selama lima tahun. Ketika dibubarkan, partai itu punya 100 kursi di parlemen.

Pada tahun 2007, Kavakci memenangkan kasus hukum atasnya ketika Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa menemukan bahwa pengusiran Merve dari parlemen merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Sejak itu, Kavakci menjadi kritikus blak-blakan atas kebijakan sekularisasi Turki. Ia berkeliling dunia untuk mendukung hak-hak wanita Muslim, terutama jilbab.

Selain mengajar di universitas di seluruh Eropa dan Amerika Serikat, Merve berpidato di depan Parlemen Agama-agama Dunia 2004 di Barcelona. Merve juga berpidato di depan Gedung Parlemen Inggris di London, Inggris. Dia telah mengajar dan berbicara di berbagai Universitas Amerika dan Eropa termasuk Universitas Harvard, Yale, Berlin, Hamburg, Hannover, Duisburg dan Cambridge.

Lama berkuasa, kenapa Erdogan tidak melarang maksiat dan menghapus sekulerisme?

Partai Keadilan dan Pembangunan di bawah Erdogan menang telak pada pemilihan umum 2002 tetapi tidak dapat mencabut larangan jilbab karena masih kuatnya pihak oposisi. Setelah perdebatan selama bertahun-tahun, larangan hijab di universitas dicabut pada 2010, disusul kemudian di semua institusi negara pada 2013.

Merve Kavakci Kembali mendapatkan kewarganegaraan Turki melalui keputusan kabinet pada Mei 2017.

Sejak Juli 2017, Presiden Erdogan melalui Kementerian Luar Negeri menugaskan Merve sebagai duta besar untuk Malaysia.

Berikut beberapa prestasi gemilang lainnya Merve Kavakci:

  • Sebelum menjabat sebagai Duta Besar Republik Turki untuk Kuala Lumpur, Dr. Kavakci adalah Direktur Pendiri Pusat Penelitian Studi Pascakolonial (PAMER) di Universitas Uskudar (2014-2017).
  • Merve diakui di antara 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia.
  • Dia diakui di antara “Wanita Unggul” oleh NAACP dan GWU pada tahun 2004.
  • Dia dianugerahi Penghargaan Layanan Publik dalam Tribute dan Pengakuan atas upaya untuk memajukan hak asasi manusia dan pemberdayaan Wanita Muslim oleh Asosiasi Internasional untuk Wanita dan Anak pada tahun 2000.
  • Dia dianugerahi dengan sertifikat “Apresiasi untuk Keadilan Sosial” oleh Universitas New York (2006).
  • Dia dianugerahi Penghargaan Layanan untuk Kemanusiaan oleh Haus Der Kulturellen Aktivitat und Toleranz di Wina, Austria pada tahun 1999.
  • Dia dianugerahi Penghargaan “Mother of the Year” oleh forum Ibu di Kota Ankara dan Organisasi Pemuda Nasional pada tahun 1999.
  • Merve merupakan seorang konsultan Kongres AS tentang dunia Muslim
  • Dia menjabat sebagai kolumnis untuk harian Turki Yeni Akit (2004-2017).
  • Dia duduk di Dewan Editorial Mediterranean Quarterly.
  • Dia adalah penulis enam buku dan banyak artikel.
  • Merve adalah penulis buku Headscarf Politics in Turkey: A Postcolonial Reading (MacMillan, 2010), dan lima buku lainnya, beberapa di antaranya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan Persia. Buku terbarunya adalah The Unnamed Coup at the Scarf-less Democarcy-Basortusuz Demokrasi’de Adi Konmamis Darbe (Timas, 2014). Sebuah buku tentang kehidupan politiknya The Day Turkey Stood Still ditulis oleh penulis Amerika Richard Peres (Ithaca Press, 2013).
  • Dia adalah penulis editor Hubungan Internasional di Global Village: Changing Interdependencies (Cognella Academic Publishing, 2013).
  • Pameran The Becket Fund for Religious Liberty’s Body of Belief memamerkan jilbab yang dikenakan Kavakci di parlemen Turki, di Kongres AS sebagai simbol kebebasan beragama (2005).

Syekh Ali Jaber kagumi Erdogan, yakini Indonesia akan lahir pemimpin adil dan hafidz Al-Qur’an

Sumber:

http://kualalumpur.emb.mfa.gov.tr/Mission/Biography

http://www.usislam.org/islam/Merve-Kavakci.htm

https://www.trtworld.com/turkey/turkeys-first-hijabi-lawmaker-is-the-new-ambassador-to-malaysia-410105

https://www.dailysabah.com/columns/nagehan-alci/2017/08/03/turkey-in-transformation-merve-kavakci

5 4 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dadan Wildan Fauzie
Dadan Wildan Fauzie
3 years ago

Maasyaa Alloh it’s a rough information and so inspiring … 😍

trackback

[…] Merve Kavakci, Dubes Turki untuk Malaysia, perjuangan panjangnya membela hijab berbuah manis […]

error: Content is protected !!
2
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d