
TURKINESIA.NET – TOKOH. Brigade Al-Qassam punya banyak satuan. Di dalamnya ada satuan roket. Ada satuan industri dan inovasi teknologi. Dan mungkin juga satuan-satuan yang lain.
Tak banyak informasi yang diungkapkan ke publik. Tuntutan keamanan tinggi menuntut Hamas menyembunyikan semua kemampuannya, namun tahu-tahu saat perang dengan Israel Hamas mengeluarkan senjata-senjata hasil inovasi teknologinya.
Kasus Rudal Ayyasy 250 yang baru lalu contohnya. Tahu-tahu ditembakkan ke bandara internasional Ramon. Dan Israel pun dibuat kaget. Militer Israel seperti disetrum gelombang kejut.
Satuan industri (tashni’) dan inovasi teknologi dari Brigade Al-Qassam punya banyak proyek penciptaan dan pengembangan senjata. Diantaranya adalah kapal selam tanpa awak dan pesawat terbang tanpa awak (drone).
Apakah Brigade Al-Qassam punya kemampuan teknologi itu? Jawabnya tentu saja punya. Karena diantara dhobith atau qiyadah Brigade Al-Qassam ada yang menguasai teknologi tersebut.
Adalah Mohammed Al-Zawari yang menjadi arsitek dan pemimpin proyek penelitian serta pengembangan kedua senjata itu. Mohammed Al-Zawari adalah insinyur dan ahli pesawat berkebangsaan Tunisia. Ia lahir Shofaqis (Sfax) tahun 1967.
Al-Zawari selama puluhan tahun hidup dalam pengasingan. Ia hidup berpindah-pindah dari satu negara Arab ke negara Arab lainnya. Tercatat ia pernah tinggal di Libya, Sudan, Saudi Arabia, Syria, Irak dan Lebanon.
Al-Zawari tinggal cukup lama di Suriah. Sekitar dua puluh tahun. Ia bekerja sebagai tenaga ahli pesawat di sana. Di sana pula ia menikah dengan gadis Syam.
Di Suriah, Al-Zawari menjalin kontak dan hubungan dengan Hamas. Hubungannya sangat dekat. Dan tahun 2006 Al-Zawari secara resmi bergabung dengan Brigade Al-Qassam.
Dalam Brigade Al-Qassam, Mohammed Al-Zawari mengepalai satuan penelitian dan pengembangan pesawat tanpa awak. Pesawat itu didedikasikan buat menolong dan membela “qodhiyyah Palestina.”
Jadi, teknologi pesawat tanpa awak Al-Qassam bukan dari Iran. Tapi hasil penelitian dan inovasi murni insinyur Arab dan qiyadah di Al-Qassam.
Bila melihat arsip-arsip jauh ke belakang, pesawat tanpa awak buatan Brigade Al-Qassam punya cangkokan teknologi dengan proyek pesawat tanpa awak Irak. Sebab Al-Zawari pernah bekerja sebagai musyrif (pimpinan) dalam tim yang didalamnya ada perwira-perwira senior dari militer Irak.
Mohammed Al-Zawari pernah memimpin tim insinyur-insinyur Brigade Al-Qassam berkunjung ke Pusat Penelitian Teknologi Iran. Di sana ia bertemu dengan ilmuan-ilmuan dan insinyur-insinyur Iran. Dan mereka dibuat takjub dengan keahlian Al-Zawari dalam penguasaan teknologi pesawat tanpa awak. Dan Al-Zawari menyatakan kesediaan untuk melatih insinyur-insinyur Iran.
Jadi, Brigade Al-Qassam bukan mendapat teknologi pesawat tanpa awak dari Iran. Tetapi teknologi itu berasal dari orang dalam dan asli Arab.
Tahun 2008, sebelum Perang Al-Furqon, Mohammed Al-Zawari bersama lini industri Al-Qassam berhasil memproduksi 30 pesawat tanpa awak di Gaza.
Antara tahun 2012 sampai 2013, Al-Zawari tinggal di Gaza. Selama sembilan bulan ia menyempurnakan proyek pengembangan drone yang dipimpinnya. Â Dan hasilnya dalam Perang Al-Ashful Ma`kul 2014, drone-drone Al-Qassam digunakan dalam pertempuran melawan Israel.
Tentu saja dengan keahlian yang dimilikinya Mohammed Al-Zawari menjadi salah satu orang yang paling ditakuti Israel. Mossad pun ditugaskan memburu dan membunuhnya. Karena bila ia masih hidup maka Brigade Al-Qassam ke depannya akan memiliki drone-drone modern yang bisa membahayakan militer Israel.
Qadarullah. Tahun 2016 agen-agen Mossad berhasil membunuh Mohammed Al-Zawari di kota Shofaqis (Sfax) Tunisia. Al-Zawari di tembak di dalam mobilnya di pagi hari tepat di depan rumahnya tak lama setelah masuk kendaraan.
Semoga Allah Ta’ala memberikan rahmat-Nya pada Mohammed Al-Zawari dan menerimanya sebagai syahid.
Sumber: Ustadz Hafidin Achmad Luthfie