Thursday, March 28, 2024
Sejarah

Sejarah Turki Utsmani: Osman Ghazi pendiri Kesultanan Utsmaniyah

Osman Ghazi
Osman Ghazi

Osman Ghazi atau Osman Bey merupakan pendiri Kesultanan Utsmaniyah atau Kekaisaran Turki Ottoman. Ia lahir pada 1258 di kota Sogut. Ayahnya adalah Ertugrul Gazi dan ibunya adalah Halima Sultan.

Osman Gazi adalah pria jangkung dengan wajah bulat, mata cokelat, dan kulit gelap. Bahunya cukup besar dan bagian atas tubuhnya lebih panjang dari anggota tubuh lainnya. Dia biasa memakai mahkota Horasan dengan gaya Cagatay, yang terbuat dari kain merah.

Osman Gazi adalah pemimpin yang brilian. Dia adil, berani, baik hati dan suka membantu orang miskin. Terkadang dia menyumbangkan pakaiannya kepada orang miskin. Setiap hari, dia memberi semua orang di rumahnya makanan enak.

Osman Gazi baru berusia 23 tahun ketika dia menjadi pemimpin Klan Kayi di Sogut. Osman adalah penunggang kuda dan pemain pedang yang sangat brilian.

Ia menikah dengan Mal Sultana yang merupakan putri dari Omer yang terkenal. Mal Sultan adalah ibu dari Orhan dan Orhan menggantikan Osman sebagai Raja.

Sebagai pemimpin wilayah Sogut, Osman memiliki hubungan baik dengan tokoh sufi yang bernama Syekh Edebali.

Dia biasa pergi ke rumah Syekh Edebali di mana sekelompok darwis bertatap muka di dalam Eskisehir Sultanonu dan menjadi tamunya. Suatu malam, saat mengunjungi seorang tamu di dargah Syekh Edebali, dia bermimpi.

Ketika matahari bersinar, dia pergi ke Syekh Edebali dan berkata kepadanya, “Guruku, aku melihatmu dalam mimpiku. Sebuah bulan muncul di dadamu. Ia terbit, terbit, dan kemudian turun ke dadaku. Setelah itu, dari pusarku tumbuh pohon sangat rindang yang menaungi dunia. Di bawah pohon terdapat pegunungan yang mengalir air, di mana orang mengambil airnya untuk minum dan berkebun.”

Adapun dalam tafsirnya, Syekh Edebali percaya bahwa mimpi itu meramalkan kerajaan masa depan Osman yang makmur.

“Saya punya kabar baik, Osman! Tuhan telah memberimu kerajaan dan putramu. Seluruh dunia akan dilindungi oleh putramu dan putriku akan menjadi istrimu.”

Setelah kejadian tidak biasa ini, Syekh menikahkan putrinya Bala Sultana dengan  Osman.

Mendirikan Kesultanan Utsmaniyah

Setelah kematian ayahnya, Osman mengambil alih komando suku dan mengorganisir pasukannya untuk berperang melawan Bizantium.

Pada saat inilah, kekuatan Osman mulai terkenal dikalangan pengembara dan tentara bayaran yang kemudian bergabung di bawah kekuasaannya.

Bermodalkan kekuatan militer dan kecakapan memimpin, kekuasaan Osman semakin kuat.

Setelah Dinasti Saljuk runtuh, Usman I mendeklarasikan berdirinya Kesultanan Utsmaniyah di Turki pada 1299.

Ia lantas melakukan beberapa penaklukan terhadap wilayah-wilayah yang penting, salah satunya adalah Kota Yenisehir, yang kemudian dijadikan ibu kota Utsmaniyah yang pertama.

Perluasan wilayah

Pada 1302, setelah mengalahkan kekuatan Bizantium di dekat Nicea, Osman semakin mendesak pertahanan lawannya itu.

Khawatir dengan pengaruh Osman yang semakin besar, Bizantium pun secara bertahap meninggalkan pedesaan Anatolia.

Kendati demikian, Bizantium masih berusaha menahan ekspansi Ottoman, tetapi upaya mereka tidak terorganisir dengan baik.

Sementara itu, Osman terus memperluas kendalinya ke dua arah, bagian utara di sepanjang aliran Sungai Sakarya, dan barat daya menuju Laut Marmara.

Misi itu dapat diselesaikan pada 1308, dan dilanjutkan dengan penaklukan Efesos, di dekat Laut Aegea.

 

Wafat

Menjelang akhir pemerintahannya, Kesultanan Utsmaniyah berupaya menaklukkan Kota Bursa. Akan tetapi, Osman tidak turun langsung ke medan perang dan ia meninggal pada 1323, tepat setelah pertempuran di Bursa usai.

Osman I memerintah Kesultanan Utsmaniyah antara 1299 hingga tahun 1323.

Osman Ghazi meninggal di Bursa pada tahun 1326. Ketika dia meninggal, dia meninggalkan sepasang sepatu bot tinggi, baju besi kuda, tombak, pedang, beberapa kuda, domba, wadah sendok, dan tiga kawanan garam.

Ia kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Orhan. Setelah kematiannya, Osman sempat dimakamkan di kampung halamannya di Sogut.

Namun, Orhan memindahkan makamnya ke Bursa, setelah berhasilkan menaklukkan kota tersebut dan menjadikannya ibu kota Utsmaniyah yang baru.

Setelah itu, Kesultanan Utsmaniyah terus berkembang pesat hingga runtuh pada tahun 1924.

Sumber: KnowHistory, Kompas

 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected !!
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d