Shalat ghaib di Masjid Aya Sophia untuk Pangeran Dundar Abdülkerim, jenazahnya tidak bisa dibawa ke Turki

TURKINESIA.NET – ISTANBUL. Shalat ghaib terhadap Pangeran Abdülkerim Dündar Osmanoğlu diselenggarakan di Masjid Agung Aya Sophia pada hari Jum’at.
Pangeran Dündar merupakan anggota tertua keluarga Kesultanan Ottoman/Turki Utsmani yang meninggal dunia di Damaskus pada Senin malam di usia 90 tahun.
Shalat ghaib yang dilaksanakan seusai shalat Jum’at dihadiri oleh pangeran Abdulhamid Kayhan Osmanoglu, cicit Sultan Abdul Hamid II dan sejumlah kerabatnya. Sementara itu warga Istanbul memenuhi masjid dan halaman luar untuk ikut serta dalam fardhu kifayah tersebut.
Shalat ghaib terhadap Pangeran Abdülkerim Dündar Osmanoğlu diselenggarakan di Masjid Agung Aya Sophia pada hari Jum'at.
Pangeran Dündar merupakan anggota tertua keluarga Kesultanan Ottoman/Turki Utsmani yang meninggal dunia di Damaskus pada Senin malam di usia 90 tahun. pic.twitter.com/q1ymUM9M6Z
— Turkinesia (@Turkinesia_Net) January 23, 2021
Selasa lalu, pangeran Dündar Abdülkerim Osmanoğlu meninggal di sebuah rumah sakit di ibu kota Suriah, Damaskus setelah perjuangan panjang dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Dalam pernyataan khusus kepada “Kantor Berita Turki”, keponakannya, Orhan Othman, berkata bahwa “(rezim Suriah) menolak memberikan izin untuk menguburkannya di pemakaman keluarga di mana Sultan Vahiduddin dan anak-anak Sultan Abdul Hamid; Salim dan Burhanuddin, bersama dengan Abed Effendi,”
Beliau dimakamkan di suatu tempat yang jauh di luar ibu kota Suriah, kata Orhan.
Mengenai alasan tidak membawa jenazahnya ke Turki, Orhan menjelaskan bahwa “Pemerintah Turki telah berusaha, tetapi hubungan politik yang ada antara Turki dan Suriah menghalangi kami untuk membawa jenazahnya ke Turki.”
Dundar Abdul Karim Osman Effendi lahir pada tahun 1930 di Damaskus, Suriah, dan merupakan cucu dari Pangeran Muhammad Salim Effendi, putra Sultan Abdul Hamid II.
Selama ini, Dundar tinggal sendirian di Damaskus di mana ia dilahirkan. Orangtuanya terusir dari Turki setelah dihapusnya kekhalifahan oleh kalangan “Turki Muda” pada tahun 1924.
Ia menikah dengan Yusra Hanim Effendi (lahir 1927) dan mereka tidak dikaruniai anak.
Keturunan Dinasti Utsmaniyah yang tinggal di Turki lama berusaha membawa anggota dinasti yang sepuh itu dari Suriah yang memutuskan hubungan dengan Turki di tengah perang yang sedang berlangsung.
Keturunan Kesultanan Ottoman dipaksa untuk menyebar ke berbagai negara setelah runtuhnya kesultanan dan mereka diasingkan mulai tahun 1924.
Pada tahun 1952, anggota perempuan dinasti diberikan amnesti dan laki-laki diizinkan kembali ke Turki pada tahun 1974. Namun, hanya sedikit yang kembali ke Turki karena kebanyakan dari mereka telah membangun kehidupan baru setelah tinggal di luar negeri selama beberapa dekade.
Sumber: TR Agency
Allahummagfrlahu warhamhu wa afihi wa fuanhu