Friday, March 29, 2024
Eropa

Turki anggap tudingan Macron berbahaya soal “campur tangan Turki dalam Pemilu Prancis”

TURKINESIA.NET – ANKARA. Kementerian Luar Negeri Turki mengkritik pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap Turki dan Erdogan dan menganggap “tidak dapat diterima.”

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hami Aksoy menanggapi pertanyaan tentang pernyataan Macron di saluran France 5, di mana dia “merusak” hubungan persahabatan antara kedua negara.

Selama wawancara yang disiarkan di saluran TV France5 pada Selasa, Macron mengklaim bahwa Turki “berusaha untuk ikut campur” dalam pemilihan presiden Prancis berikutnya pada 2022.

Ankara menganggap tudingan “berbahaya” Macron itu dapat mengancam komunitas warga Turki yang berjumlah 800 ribu orang di Prancis. Menurut Kemlu Turki, pernyataan Macron itu merusak upaya kedua negara untuk memperbaiki hubungan.

“Kami melihat pernyataan dari Presiden Prancis [Emmanuel] Macron, yang dia berikan sebagai tanggapan atas pertanyaan yang disengaja yang diajukan dalam program televisi dan bertentangan dengan persahabatan dan aliansi antara negara kami, tidak dapat diterima,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Hami Aksoy dalam sebuah pernyataan tertulis.

Aksoy juga mengatakan pernyataan “tidak adil dan tidak konsisten” dibuat menyinggung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan rakyat Turki.

“Turki mengikuti kebijakan yang sah sejalan dengan hukum internasional di Mediterania Timur, Suriah dan Libya,” kata Aksoy.

Dia juga menekankan bahwa klaim Macron bahwa Turki akan ikut campur dalam pemilu mendatang di Prancis adalah “berbahaya” dan mengasingkan serta mengancam minoritas yang tinggal di Prancis.

“Menurut kami, pernyataan Pak Macron itu sangat disayangkan dan tidak konsisten pada saat kami mengambil langkah untuk menggantikan ketegangan dalam hubungan kedua negara dengan ketenangan dan persahabatan,” kata Aksoy.

Setelah tahun yang penuh gejolak dalam hubungan bilateral, Turki dan Prancis mulai mengerjakan peta jalan untuk menormalkan hubungan dan dialog. Ankara telah berulang kali berselisih dengan Paris atas kebijakan di Suriah, Libya, Mediterania Timur dan Nagorno-Karabakh, serta atas penerbitan kartun yang melecehkan Nabi Muhammad di Prancis.

Perselisihan telah meningkat ke tingkat baru dalam beberapa bulan terakhir karena Prancis telah bergerak untuk menindak beberapa kelompok Muslim setelah beberapa serangan di wilayahnya.

Ankara dan Paris sebelumnya meningkatkan ketegangan setelah para pejabat Prancis pada 2018 bertemu dengan para pemimpin YPG.

Kedua negara juga berada di sisi yang berlawanan di Libya, di mana Ankara mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (GNA) di Tripoli melawan serangan pemberontak Jenderal Khalifa Haftar. Prancis diduga mendukung Haftar, tetapi secara resmi menegaskan netral dalam konflik tersebut.

Pejabat Turki telah mengecam campur tangan Prancis dalam sengketa Mediterania Timur, mengingat negara itu tidak memiliki wilayah di wilayah tersebut.

Paris juga menuduh angkatan laut Ankara berperilaku agresif setelah kapal perang Prancis mencoba memeriksa kapal Turki pada Juni yang diduga melanggar embargo senjata PBB di Libya. Turki membantah telah melecehkan Courbet. Perselisihan kedua negara semakin meningkat setelah Prancis mengirim aset angkatan laut ke Mediterania Timur untuk mendukung kapal perang Yunani yang membayangi kapal-kapal Turki di perairan yang disengketakan. []

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected !!
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d