Friday, March 29, 2024
Asia

Turki kecam kekejaman militer Myanmar terhadap demonstran

TURKINESIA.NET – ANKARA. Kementerian Luar Negeri mengecam keras kekerasan yang digunakan oleh militer Myanmar dalam menghadapi para demonstran.

“Terlepas dari semua seruan masyarakat internasional, keganasan mematikan yang ditimbulkan oleh rezim kudeta terhadap rakyat awam di Myanmar meningkat,” tulis Kemenlu Turki.

Menurut laporan media, kelompok relawan, dan saksi, lebih dari 140 orang ditembak hingga tewas oleh pasukan keamanan pada Sabtu.

Dalam pernyataan itu, dinyatakan bahwa sangat menyedihkan kehilangan nyawa terbesar tercatat dalam campur tangan yang dilakukan oleh unit tentera pada Hari Angkatan Bersenjata.

“Kami mengutuk keras kekerasan yang berlebihan terhadap warga sipil di Myanmar. Kami mengulangi seruan kami agar militer Myanmar mengakhiri kekerasan terhadap penduduk sipil sesegera mungkin dan membebaskan semua pejabat pemerintah, tokoh politik, dan warga sipil yang ditahan, dan langkah-langkah yang diperlukan untuk kembali ke demokrasi,” kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.

Sebelumnya, pada Jumat, militer Myanmar (junta) memperingatkan para demonstran akan ditembak di kepala dan punggung jika mereka bersikeras melanjutkan unjuk rasa.

Para pengunjuk rasa, mengabaikan ancaman junta dan turun ke jalan-jalan di seluruh negeri pada Sabtu.

Aksi protes itu dimulai sejak militer menggulingkan pemerintahan dan pemimpin Myanmar yang terpilih secara demokratis pada 1 Februari.

Sejumlah kalangan menyebut Sabtu kemarin sebagai hari paling mematikan sejak militer Myanmar merebut kekuasaan sipil, Februari lalu.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, menuding pembunuhan itu menunjukkan bahwa “pemerintahan junta militer Myanmar akan mengorbankan nyawa masyarakat demi kepentingan segelitir orang”.

Adapun Utusan khusus Uni Eropa untuk Myanmar menyatakan, Sabtu kemarin, yang diperingati sebagai Hari Angkatan Bersenjata, akan terukir menjadi hari penuh teror dan aib.

Sementara itu Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, mengaku sangat terkejut dengan peristiwa ini.

Tindakan keras yang mematikan terhadap warga sipil, termasuk anak-anak, terjadi saat pengunjuk rasa menentang peringatan Hari Angkatan Bersenjata. Pedemo turun ke jalan-jalan di berbagai kota.

Kelompok aktivis bernama Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP), menyebut setidaknya 91 pedemo tewas Sabtu kemarin. Namun beberapa media massa lokal memperkirakan angka korban tewas lebih tinggi.

“Mereka membunuh kami seperti burung atau ayam, bahkan saat kami tengah berada di rumah kami,” kata warga Myanmar, Thu Ya Zaw, kepada kantor berita Reuters, di kota Myingyan.

“Kami akan terus melancarkan protes,” ujarnya.

Pada Jumat malam sebelumnya, stasiun televisi milik pemerintah menyiarkan pernyataan bahwa “warga Myanmar harus belajar dari tragedi kematian yang buruk sebelumnya dan bahwa mereka terancam ditembak di kepala dan punggung”.

Pasukan keamanan mengerahkan kekuatan untuk mencegah unjuk rasa.

Berbagai foto yang diunggah di media sosial menunjukkan orang-orang dengan luka tembak dan keluarga yang berduka.

Direktur Jaringan Hak Asasi Manusia Myanmar di Inggris, Kyaw Win, berkata kepada BBC bahwa militer negara itu tidak memiliki batasan dan tidak memegang prinsip.

“Ini pembantaian, bukan lagi tindakan keras,” kata Kyaw Win.

Kejadian Sabtu kemarin ini membuat jumlah orang yang terbunuh di Myanmar sejak kudeta 1 Februari lalu menjadi lebih dari 400 orang.

Militer menguasai Myanmar setelah mereka tidak mengakui pemilu yang dimenangkan Partai Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi.

Sumber: TRT, Anadolu Agency, BBC

 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected !!
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d