TURKINESIA.NET – ANKARA. Pengiriman baterai kedua sistem pertahanan rudal S-400 Rusia telah rampung, Kementerian Pertahanan Nasional Turki mengatakan pada hari Minggu [15/09].

Kemenlu mengatakan pelatihan personil Turki masih berlangsung dan sistem itu diharapkan akan mulai beroperasi pada April 2020. Bagian kedua dari pengiriman dimulai sejak 27 Agustus.

Bagian pertama dari pengiriman S-400 selesai pada akhir Juli. Rusia mengirimkan 30 pesawat bermuatan perangkat keras dan peralatan S-400 ke Pangkalan Udara Mürted.

Sebagaimana dilansir Inews.id, pengiriman pertama berlangsung pada Juli 2019, memicu ketegangan antara Turki dengan negara anggota pakta pertahanan Atlantik Utara, NATO, lainnya, terutama AS. Pasalnya penggunaan rudal buatan Rusia yang disatukan dengan senjata sistem pertahanan dari Barat bisa mengacaukan, termasuk soal kerahasiaan.

Untuk itulah AS mencoret Turki dari daftar program pembelian jet tempur siluman F-35. Namun keputusan AS itu tak membuat Turki gundah dan akan mengalihkan pembelian ke Rusia.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusglu mengatakan dalam wawancara dengan CNN Turki bahwa sistem pertahanan S-400 akan tetap diaktifkan meskipun AS terus memperingatkan.

“Mereka (pejabat AS) mengatakan kepada kami, ‘Jangan aktifkan rudal-rudal itu dan kami akan menyelesaikannya’. Kami menjawab, sistem ini kami beli bukan sebagai alat bantu,” kata Cavusglu, seraya menegaskan, Turki juga akan membeli rudal sistem pertahanan Patriot buatan Raytheon.

Sebelumnya Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan pihaknya akan mendiskusikan pembelian rudal Patriot dengan Presiden Donald Trump bulan ini. Pertemuan itu diharapkan sekaligus bisa meredakan ketegangan kedua pihak terkait  polemik S-400.

[adinserter block=”1″]

Berbeda dengan sikap parlemen AS yang medesak dijatuhkan sanski atas Turki soal pembelian S-400, Trump malah memberikan simpati. Dia memahami keputusan Turki membeli S-400 ke Rusia karena presiden AS sebelumnya melarang penjualan Patriot ke negara itu.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada Senin lalu mengatakan, pemerintahan Trump memang mempertimbangkan sanksi bagi Turki, tapi sampai saat ini belum ada kepastian. []