Saturday, July 27, 2024
Internasional

Presiden Erdogan hadiri shalat jenazah untuk pejuang Muslimah Turki, Şule Yüksel Şenler

TURKINESIA.NET – ISTANBUL. Presiden Recep Tayyip Erdoğan bersama ratusan orang berkumpul di halaman Masjid Sultan Eyep Istanbul pada Kamis [29/08] untuk melaksanakan shalat jenazah bagi Şule Yüksel Şenler, seorang penulis dan jurnalis yang dikenal karena perjuangannya membela hak para Muslimah Turki.

Şule Yüksel Şenler juga sosok “mak comblang” dibalik perjodohan Emine dengan  Recep Tayyip Erdoğan.

Şenler meninggal di usia 81 pada hari Rabu setelah dirawat intensif selama lima bulan terakhir karena gagal jantung kongestif. Rumah sakit Istanbul tempat dia mengumumkan bahwa dia meninggal karena syok septik.

Perjuangan Senler  membuat para Muslimah Turki menjadi lebih berani dalam berjilbab di tengah tekanan pemerintah sekuler saat itu. Dirinya pernah dijebloskan ke penjara karena aktivitasnya, namun kejadian tersebut menginspirasi para Muslimah lainnya.

“Dia adalah seorang wanita yang meninggalkan jejaknya dalam sejarah,” Ravza Kavakçı Kan, seorang anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) yang berkuasa, mengatakan kepada Anadolu Agency (AA) di pemakaman Şenler. “Dia dikenal karena berdiri kuat dan dia selalu elegan dan membawa dirinya sendiri dengan anggun. Dia seorang jilbaber, memimpin perjuangan di saat tidak ada yang berani memperjuangkan hak-hak untuk wanita. Dia membayar harga untuk itu dan dipenjara,” katanya.

Penulis biografi Şule Yüksel Şenler, Demet Tezcan mengatakan, Turki kehilangan seorang tokoh yang sangat berharga yang turun ke jalan di usia 27 karena alasannya.” Dia adalah orang yang menggunakan keterampilan kebijaksanaan dan orasinya untuk tujuan Allah. Dia adalah orang yang tak tergantikan,” kata Tezcan.

Penulis, jurnalis, dan pengacara Sibel Eraslan mengatakan Şenler adalah seorang pejuang yang berjuang untuk maksudnya tanpa dukungan organisasi nonpemerintah (LSM) atau partai politik atau uang, dan membangkitkan banyak generasi dengan mengajari mereka “betapa fana dunia ini.”

“Dia adalah simbol perlawanan dan kebangkitan. Kebangkitan mengundang orang-orang menuju pencerahan spiritual. Perlawanannya terhadap pelarangan yang dihadapinya sebagai wanita yang mengenakan jilbab,” kata Eraslan.

[adinserter block=”1″]

“Dia melalui salah satu pertempuran hukum terpanjang. Dia muncul pada tahun 1968 untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, dan baru pada tahun 2014 saya bebas untuk mempraktikkan profesi saya sebagai pengacara yang mengenakan jilbab,” katanya. [Daily Sabah]

 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x