Pemerintah Turki dan Uni Emirat arab (UEA) menandatangani kesepakatan senilai US$ 50,7 miliar (Rp749 triliun). Hal ini terjadi di saat Presiden Recep Tayyip Erdogan mengakhiri lawatannya ke tiga negara di kawasan Teluk.

“Hari ini kita telah menyaksikan penandatanganan beberapa kesepakatan strategis dan (nota kesepahaman) senilai total US$ 50,7 miliar untuk memperkuat hubungan lebih lanjut antara UEA dan Turki,” demikian cuitan Menteri Keuangan (Menkeu) Turki Mehmet Simsek di akun Twitter pada Rabu (19/07/2023), yang dilansir The Associated Press (AP)

Ada pun perjanjian yang diteken terkait dengan pembiayaan ekspor, obligasi gempa bumi, energi, pertahanan, dan sektor-sektor lainnya.

Timothy Ash, seorang analis pasar negara berkembang di BlueBay Asset Management, London, mengatakan bahwa kesepakatan-kesepakatan tersebut merepresentasikan sebuah hubungan strategis baru antara Turki dan negara-negara Teluk.

“Menggambarkan kemenangan nyata bagi Erdogan dan timnya,” kata Ash seraya menambahkan bahwa komitmen serupa dari Arab Saudi, Qatar, dan Kuwait dapat membantu Turki dalam memulai periode reformasi ekonomi dengan merangkul pembuatan kebijakan yang lebih ortodoks.

Menurut laporam, lawatan yang dilakukan Erdogan ke Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab mulai Selasa (18/07/2023) bertujuan mencari peluang perdagangan dan investasi. Ini mengingat kondisi ekonomi Turki yang sedang lesu.

Inflasi di Turki dilaporkan mencapai 38% bulan lalu, turun dari level tertinggi 85% pada Oktober 2022. Sementara itu, defisit anggaran melebar menjadi US$ 8,37 milIar pada Juni 2023 atau tujuh kali lipat dari level setahun sebelumnya.

Otoritas Turki, disebut telah memperbaiki hubungan dengan Saudi dan UEA selama dua tahun terakhir menyusul perpecahan selama satu dekade dengan negara-negara Arab.

Sumber: Investor.id