TURKINESIA.NET – ANKARA. Kementerian Luar Negeri Turki pada hari Minggu [15/09] mengutuk serangan pesawat tak berawak pada dua fasilitas perusahaan minyak milik negara Arab Saudi Aramco.
Dalam sebuah pernyataan, Kemenlu Turki mengatakan mengutuk serangan pesawat tak berawak pada hari Sabtu, yang menyebabkan kebakaran di fasilitas yang terletak di barat daya wilayah metropolitan Dhahran.
Turki meminta negara-negara regional untuk menahan diri dari provokasi yang dapat merusak keamanan dan stabilitas di kawasan Teluk.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu; namun, koalisi pimpinan Saudi saat ini berjuang melawan pemberontak Houthi di Yaman. Kelompok tersebut telah melakukan serangan serupa di masa lalu.
Houthi memiliki rudal balistik jarak menengah dalam inventaris mereka dan sebelumnya menargetkan lokasi strategis tertentu Arab Saudi dengan drone bersenjata.
Beberapa bulan terakhir, pemberontak Houthi melancarkan sejumlah serangan rudal dan drone menargetkan pangkalan udara Arab Saudi juga fasilitas lainnya.
[adinserter block=”1″]
Pemerintah Saudi melalui kementerian dalam negeri menuturkan, serangan yang terjadi pada pukul 04.00 waktu setempat menyebabkan kebakaran.
Setelah serangan pesawat tak berawak, Arab Saudi untuk sementara waktu mengurangi produksi minyaknya dari dua fasilitas minyaknya yang dikelola oleh Saudi Aramco. Serangan ini telah menganggu setengah dari kapasitas produksi minyak kerajaan Arab Saudi atau mencapai lima persen dari harga minyak global.
Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz Bin Salman mengatakan bahwa serangan itu telah mempengaruhi produksi 5,7 juta barel minyak mentah dan gas. Data terakhir OPEC melansir total produksi minyak dan gas Arab Saudi mencapai 9,8 juta barel per hari.
“Perusahaan sedang berusaha memperbaiki produksi ke level awal dan akan memberitahukan dalam dua hari ke depan,” kata dia dikutip dari CNN, Minggu, 15 September 2019.
[adinserter block=”1″]
Serangan itu sangat membahayakan karena menurutnya akan memengaruhi pasokan minyak dunia dan memberikan ancaman bagi perekonomian global. []
