Tuesday, March 19, 2024
KisahTerpopuler

Anak-anak Uighur di Turki kisahkan kepedihan hidup

anak-anak Uighur di Turki

TURKINESIA.NET – ISTANBUL. Sebuah sekolah di pinggiran Istanbul adalah tempat langka di mana para pengungsi muda Uighur dari China dapat mempelajari bahasa dan budaya mereka. Namun, bagi beberapa orang, itu juga menjadi panti asuhan dadakan.

Setelah melarikan diri dari kekejaman Beijing pada Muslim Uighur di barat laut China, beberapa orangtua mereka berpikir masih aman untuk kembali sesekali demi bisnis dan mengunjungi keluarga, namun mereka menghilang ke dalam jaringan bayangan kamp konsentrasi dan terputus komunikasi dengan dunia luar.

Dari lebih seratus murid di sekolah, 26 di antaranya telah kehilangan satu orangtua ke kamp China, ​​dan tujuh orang kehilangan keduanya, kata kepala sekolah, Habibullah Kuseni.

Fatima yang berusia sembilan tahun hanya memiliki kenangan samar tentang tanah kelahirannya – dan sekarang, tentang ayahnya juga.

Fatima mengenang menonton televisi bersama ayanya: Fatima ingin [menonton] kartun, tetapi ayahnya suka menonton berita, terutama tentang Presiden Recep Tayyip Erdoğan, satu-satunya pemimpin di dunia Muslim yang bersedia membela orang-orang Uighur dan menghadapi risiko kemarahan China.

Ayahnya terbang kembali ke China dari waktu ke waktu untuk urusan bisnis sebelum ada yang tahu tentang kamp di wilayah Xinjiang.

“Dan kemudian dia menghilang,” katanya, air mata mengalir di wajahnya.

“Kupikir dia akan kembali, tetapi dia tidak pernah melakukannya.”

Tidak ada yang mendengar kabar darinya dalam tiga tahun.

Baca juga: Benarkah Turki deportasi warga Uighur? Ini faktanya!

Baca juga: Unjuk rasa besar dukung Uighur di Hong Kong ricuh

Aktivis Uighur yang diasingkan pada bulan November merilis bukti hampir 500 kamp dan penjara yang digunakan terhadap kelompok etnis mereka di China, mengatakan jumlah keseluruhan narapidana bisa “jauh lebih besar” dari 1 juta yang biasanya diberitakan.

Ketika berita tentang kamp-kamp pertama kali muncul pada tahun 2017, Beijing awalnya membantah. China mengatakan kamp tersebut merupakan pusat kejuruan “sukarela” yang bertujuan memerangi ekstremisme dengan mengajar orang-orang [bahasa] Mandarin dan keterampilan kerja.

Baca juga: Aboutreka puji Ozil bela Uighur, “dia tolak tawaran klub China yang gajinya dua kali lipat dibanding Arsenal”

Baca juga: Mahathir: Malaysia akan lindungi Muslim Uighur yang melarikan diri dari penganiayaan Tiongkok

Baca juga: Malaysia akan selidiki pelanggaran HAM terhadap Uighur

Namun dokumen internal yang bocor menunjukkan bahwa kamp-kamp itu dijalankan seperti penjara, sementara para kritikus mengatakan kampbertujuan untuk menghapuskan budaya dan agama lokal Uighur dan minoritas lainnya, kebanyakan Muslim.

Sebuah foto yang diambil pada tanggal 29 November 2019 memperlihatkan gedung sekolah Uighur di distrik Silivri di Istanbul.

‘Jangan khawatir tentang kami’

Dengan sekitar 50.000 pengungsi Uighur di Turki, ada banyak lagi anak-anak seperti Fatima atau bahkan lebih buruk.

Tursunay, 15, belum melihat atau berbicara dengan salah satu orangtuanya sejak Juli 2017.

“Jangan khawatir tentang kami,” kata mereka, dalam panggilan telepon terakhir orangtuanya dalam perjalanan kembali ke China.

Orangtuanya mengatakan keanehan tentang paspor mereka yang telah disita tetapi yakin itu akan segera diselesaikan. Lalu, diam.

Tursunay mengenang hidupnya di China.

Ketika kamera dipasang di pintu masuk ke apartemen mereka. Dia pernah bertanya pada ayahnya: “Mengapa mereka mengawasi kita, papa?”

Itu karena kita Muslim, kata ayahnya.

Ayahnya membakar koleksi CD agama mereka.

Tursunay baru saja memiliki adik perempuannya dan seorang teman yang lebih tua yang mereka temui di jalan pengungsi yang merawat mereka.

Semua bentuk komunikasi dengan setiap anggota keluarga di China telah terputus.

Dia merindukan orangtuanya – bahkan hanya pesan singkat, tetapi dia mengatakan dia harus melawan keinginan untuk marah dengan orangtuanya karena menghilang.

“Saya mencoba untuk tetap optimis dan mengingat bahwa bukan orangtua saya yang melakukan ini kepada saya,” katanya.

Banyak anak di Xinjiang juga dilaporkan tanpa orangtua.

Pada bulan September, Human Rights Watch mengatakan bahwa pihak berwenang China telah menampung anak-anak “tak terhitung” yang orangtuanya ditahan atau di pengasingan. Mereka ditampung di lembaga kesejahteraan anak yang dikelola pemerintah dan sekolah berasrama tanpa izin atau akses orangtua.

‘Tangisan saudara-saudara kita’

Banyak orang Turki merasakan ikatan bersejarah dengan Uighur, baik sebagai sesama Muslim maupun sebagai bagian dari kelompok etnis berbahasa Turki yang sama.

Demonstrasi berturut-turut diadakan untuk solidaritas Uighur pada bulan Desember di Istanbul, satu oleh kelompok konservatif dan lainnya oleh para ultranasionalis.

“Bukankah tangisan saudara-saudara kita dari Turkestan Timur sampai pada Anda?” kata Musa Bayoğlu saat berada di luar Konsulat China.

“Bukankah teriakan saudari kita melewati dinding istanamu?”

Awal tahun ini, Kementerian Luar Negeri Turki menyebut tindakan keras China terhadap Uighur “sangat memalukan bagi umat manusia.”

Warga Uighur di Turki tetap sangat berterima kasih atas suaka yang ditawarkan oleh pemerintah Ankara.

“Mereka menyediakan 50.000 tempat tinggal yang damai untuk Uighur,” kata seorang aktivis Uighur di Istanbul.

“Tidak ada negara Muslim lain yang melakukan itu. Tidak ada negara Barat yang melakukan itu.”

‘Kami akan mengambilnya kembali’

Dokumen-dokumen internal yang bocor merinci bagaimana Beijing menjalankan kamp.

Mereka memberikan instruksi bahwa narapidana harus diputus dari dunia luar dan dipantau setiap saat, termasuk toilet, untuk mencegah kabur.

Mereka juga mengindikasikan bahwa orang harus ditahan setidaknya selama satu tahun dan dibebaskan hanya setelah dinilai untuk [lulus] “transformasi ideologis, studi dan pelatihan, dan kepatuhan dengan disiplin.”

Rufine, 12 tahun, yang ingin menjadi guru atau dokter ketika dewasa mengatakan, “Saya masih ingin mendengarkan berita itu, tetapi ketika saya mendengarnya, saya merasa tidak enak, tidak nyaman; perut saya sakit,”

Ibunya menghilang dua tahun yang lalu ketika dia kembali untuk merawat nenek Rufine yang sakit.

Kuseni, kepala sekolah, tertawa ketika ditanya barang apa di sekolah yang ilegal di China.

“Hanya datang berlibur ke negara Muslim seperti Turki sudah cukup untuk mengirim Anda ke sebuah kamp,” katanya.

“Mengenai barang-barang ini…,” ia menunjuk bendera Turkistan Timur dan tulisan Arab Uighur di dinding dan kemudian membuat gerakan memotong tenggorokannya.

“Orang-orang Uighur menghadapi kepunahan,” tambah Mahmut Utfi, guru berusia 39 tahun. “Budaya kita, bahasa kita. Saya menganggap pekerjaan saya sebagai kewajiban.”

Bagi Fatima, penindasan hanya membuatnya lebih tertantang.

Air mata masih mengalir, suaranya pecah, dia memiliki pesan sengit untuk pemerintah China: “Saya akan memberi tahu mereka: tunggu sebentar. Anda pikir kami lemah, tetapi Anda akan lihat. Bangsa kami, tanah air kami akan selamat, Anda tidak akan bisa menghentikannya.”

“Karena mereka mengambilnya dari kami, kami harus mengambilnya kembali,” katanya.

Sumber: Daily Sabah

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Orangtua mereka dipenjara China, anak-anak Uighur di Turki kisahkan kepedihan hidup […]

error: Content is protected !!
1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d